Proposal ETNOMATEMATIKA PADA AKTIVITAS PETANI ACEH

 


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan utuh dan menyeluruh yang berlaku dalam suatu masyarakat, dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu dalam masyarakat. Pendidikan dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangakan nilai luhur bangsa kita, yang berdampak pada pembentukan karakter yang didasarkan pada nilai budaya yang luhur. Wahyuni (2018) menjelaskan bahwa suatu keadaan yang sehat dari sistem pendidikan jika dia bersifat komprehensif, akuntabel, sustainable, pertimbangan budaya di mana matematika muncul dengan memahami penalaran dan sistem matematika yang mereka konsisten, kreatif, fleksibel, membudaya berakar dari kultur bangsa dan daerah serta mampu berinteraksi pada tataran internasional. Sehingga guru harus mampu melaksanakan prinsip keselarasan budaya, serta harus memiliki pengetahuan dan menghormati berbagai tradisi budaya dan bahasa siswanya.

Menurut Maran (2007), kebudayaan merupakan suatu fenomena universal. Setiap masyarakat di dunia memiliki kebudayaan meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda dari masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Kebudayaan secara jelas menampakkan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku, bangsa, dan ras. Misalnya di Indonesia, negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan subetnis dengan kebudayaannya sendiri-sendiri. Karena setiap suku bangsa dan subetnis tersebut mendiami daerah-daerah tertentu, sehingga kebudayaanya sering


disebut kebudayaan daerah. Pada kehidupan sehari-hari, kebudayaan daerah merupakan suatu sistem nilai yang menuntun sikap, perilaku dan gaya hidup yang menjadi identitas dari suku bangsa itu sendiri.

Matematika memiliki peran dalam berbagai budaya, tepatnya pada kebiasaan suatu suku atau masyarakatnya dalam hal adat istiadatnya. Matematika dalam dunia pendidikan merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting di sekolah. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang selalu menjadi momok bagi sebagian besar siswa. Mereka selalu menganggap bahwa matematika sulit, kurang menarik, membosankan, dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pandangan tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa matematika tidak ada kaitannya dengan budaya. Padahal sebelum matematika diajarkan dalam dunia pendidikan formal, kita sudah mengenal bagaimana konsep matematika itu dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak (Ikrimah, Rahmi & Darmawan, 2017).

Masyarakat sering kurang menyadari bahwa dalam sebagian aktivitas yang mereka lakukan tersebut terdapat aktivitas-aktivitas matematika. Bahkan secara tidak sengaja pada saat masyarakat sedang mencoba untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas matematika tersebut juga ikut serta di dalamnya. Berbagai pengetahuan tersebut diperoleh dengan caranya masing-masing. Misalnya, konsep tentang banyak sedikit, luas dan sempit, bentuk-bentuk bangun datar, dan sebagainya. Akan tetapi sebagian besar dari masyarakat kurang mengetahui bahwa mereka telah mengenal konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, mereka terkadang juga masih bingung dalam menggunakan konsep matematika yang dipelajari di bangku sekolah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Fakta yang ada dalam masyarakat tersebut sangat bertentangan dengan fungsi matematika yang sesungguhnya. Menurut Ekawati (2011), fungsi matematika adalah untuk mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan rumus, dan menggunakan rumus matematika dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus, dan trigonometri. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Keterkaitan antara keduanya tersebut dikenal sebagai etnomatematika. Suatu pengetahuan yang sebenarnya sudah dikenal melalui adat yang berkembang dalam suatu masyarakat. Namun baru disadari setelah sebagian ilmuwan memperkenalkan nama etnomatematika menjadi bagian dari ilmu matematika. Pelopor etnomatematika pertama ialah Ubiratan D’Ambrosio pada tahun 1984.

Etnomatematika merupakan matematika yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari pada suatu kelompok budaya tertentu. Beragam budaya yang terdapat di Indonesia, khususnya budaya pada masyarakat Aceh yang terkadang dapat mengantarkan siswa untuk memahami suatu konsep matematika tertentu. Sebagaimana pemaparan Karnilah (2013), etnomatematika dipandang sebagai suatu ranah kajian yang meneliti cara sekelompok orang pada budaya tertentu dalam memahami, mengekspresikan, dan menggunakan konsep-konsep serta praktik-praktik kebudayaannya yang digambarkan oleh peneliti secara matematis.

Aktivitas masyarakat tersebut seperti aktivitas menghitung, mengukur, dan merancang sebuah bangunan, bahkan dalam permainan anak-anak terdapat kegiatan matematika di dalamnya. Misalnya Jika melihat kerajinan batik-batik Indonesia, tanpa mengetahui konsep geometri bangun datar para pengrajin batik dapat menghasilkan batik dengan motif yang menyerupai bangun datar. Beberapa aktivitas yang sederhana yang biasa ibu-ibu lakukan yaitu proses jual beli sayur-mayur. Dalam aktivitas jual beli mereka secara sadar dan tidak sadar menggunakan ilmu matematika yaitu aritmatika sosial. Terdapat pula aktivitas sederhana yaitu permainan anak petak umpet. Sebelum bermain mereka melakukan kegiatan papaipong (dalam Bahasa Aceh). Secara tidak sadar mereka menggunakan ilmu matematika yaitu peluang. Dan juga pada aktivitas petani saat menghitung luas sawah, dalam perhitungan tersebut mereka menggunakan jumlah tanaman yang ditanam sebagai alat untuk mengukur luas tanah tersebut. Masih banyak lagi aktivitas sederhana dalam masyarakat Aceh yang menggunakan ilmu matematika.

Kegiatan kompleks terkait dengan etnomatematika yaitu kegiatan yang membutuhkan berbagai macam ilmu matematika. Salah satu kegiatan kompleks etnomatematika dalam masyarakat Aceh yaitu dalam kegiatan pertanian. Petani merupakan pekerjaan mayoritas masyarakat aceh, sehingga Bertani merupakan kegiatan yang sering dijumpai. Kegiatan pertanian tidak terlepas dari ilmu matematika, misalnya untuk membuat bidang bibit, para petani membutuhkan kegiatan mengukur panjang dan lebar suatu bidang tanah yang mau ditanami, agar mereka mengetahui berapa besar petak bibit yang harus dibuat tanpa ada sisa maupun kekurangan. Selain itu, petani masih banyak membutuhkan perhitungan dan perbandingan terkait dalam pemberian pupuk pada tanamannya.

Petani masyarakat Aceh didominasi oleh masyarakat yang berpendidikan rendah, pengetahuan tentang matematika sangatlah minim. Mereka belajar bertani dari meniru orang-orang terdahulu, namun mereka dapat menghasilkan hasil tani yang bagus. Hal ini tak lepas dari peran penting matematika. Mereka secara sadar dan tidak sadar telah menggunakan banyak ilmu matematika.

Aktivitas etnomatematika masyarakat Aceh dalam kegiatan petani masih perlu diungkap, karena dalam bertani memerlukan banyak penerapan matematika meliputi mengukur, menghitung, dan melakukan perbandingan. Akan dilakukan penelitian mengenai etnomatematika pada aktivitas petani masyarakat Aceh. Pengungkapan aktivitas etnomatematika masyarakat Aceh digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara ilmu matematika dengan matematika yang digunakan para petani masyarakat Aceh sehingga dalam pembelajaran matematika seorang pendidik dapat menggunakannya agar proses belajar matematika lebih realistis. Etnomatematika sangat penting dalam kegiatan pembelajaran matematika agar siswa mengetahui kaitan antara matematika dengan kegiatan sehari-hari dan siswa juga dapat mengetahui kegiatan budaya yang ada di masyarakat sekitar. Selain itu, etnomatematika dapat merubah opini masyarakat yang menganggap matematika tidak berguna dalam kegiatan seharihari. Oleh karena itu diajukan penelitian berjudul “Etnomatematika pada Aktivitas Petani Masyarakat Aceh”.

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.2.1        Bagaimanakah aktivitas etnomatematika pada petani masyarakat Aceh?

1.2.2        Bagaimanakah etnomatematika terhadap pembelajaran matematika pada petani?

1.3         Tujuan Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.3.1        Mendeskripsikan aktivitas etnomatematika pada petani masyarakat Aceh

1.3.2        Mendeskripsikan etnomatematika terhadap pembelajaran matematika pada petani.

1.4         Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk berbagai komponen, yaitu:

1.4.1        bagi guru, diharapkan guru yang terdapat pada masyarakat Aceh dapat melaksanakan pembelajaran matematika yang kontekstual berkaitan dengan aktivitas petani masyarakat Aceh;

1.4.2        bagi siswa, mengetahui keterkaitan antara kebudayaan masyarakat Aceh dengan matematika melalui pembelajaran matematika yang realistik; 

1.4.3        bagi peneliti, mengetahui cara membilang, mengukur, menghitung perbandingan petani masyarakat Aceh. Selain itu dapat menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara matematika dengan aktivitas sehari-hari yang ada di masyarakat Aceh;

1.4.4        bagi peneliti etnomatematika yang lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain yang ingin mengungkapkan aktivitas etnomatematika kebudayaan-kebudayaan yang ada di Aceh maupun daerah lain sehingga aktivitas matematika dapat terungkap secara luas;

1.4.5        bagi masyarakat Aceh, mengetahui cara membilang, mengukur, dan menghitung perbandingan yang digunakan oleh petani dalam bercocok tanam;

1.4.6        bagi pembaca, mengubah opini masyarakat bahwa tidak ada keterkaitan matematika dengan kegiatan sehari-hari.

1.5         Definisi Istilah

Untuk menghindari konsep penafsiran yang berbeda dalam mengartikan istilah maka perlu ditegaskan beberapan istilah, yaitu:

1.5.1        Etnomatematika

Etnomatematika merupakan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat pada suatu kelompok budaya tertentu mengenai aktivitas menghitung, mengukur, menimbang, pengkodean, mengelompokkan, dan modeling

1.5.2        Aktivitas Petani

Aktivitas petani adalah segala aktivitas yang dilakukan petani meliputi : Pengolahan lahan, seleksi benih, persemaian, penanaman, penyiangan lahan, dan pemupukan.

1.5.3        Masyarakat Aceh

Masyarakat Aceh adalah orang-orang tinggal dan menetap di Aceh. Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berada di Banda Aceh.

BAB II LANDASAN TEORITIS

 

2.1         Etnomatematika

Matematika dan budaya merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Pada perkembangannya, matematika dipengaruhi oleh budaya yang ada dalam masyarakat. Secara tidak langsung masyarakat telah menggunakan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka. Keterkaitan antara keduanya ini diistilahkan sebagai etnomatematika.

Powell dan Frankenstein (1997) mengungkapkan bahwa, “Ethnomathematics emerged as a new conceptual category from the discourse on the interplay among mathematics, education, culture, and politics”. Kutipan ini mengandung makna bahwa etnomatematika muncul sebagai wacana baru pada interaksi antara matematika, pendidikan, budaya, dan politik. Pendapat lain yang mendukung pernyataan tersebut diungkapkan oleh D’Ambrosio (2001), “The term ethnomathematics is used to express the relationship between culture and mathematics”. Istilah etnomatematika digunakan untuk mengungkapkan hubungan antara budaya dan matematika.

Kemudian D’Ambrosio (2001) melanjutkan pernyataannya dengan mengungkapkan bahwa Istilah etnomatematika memerlukan penafsiran yang dinamis karena istilah tersebut mendeskripsikan konsep yang tidak banyak maupun tunggal, yaitu etno dan matematika itu sendiri. Istilah etno mendeskripsikan bahwa semua hal yang menyangkut identitas budaya sebuah kelompok yaitu bahasa, kode, nilai, keyakinan, makanan dan pakaian, kebiasaan, dan ciri fisik. Matematika mengungkapkan sebuah pandangan matematika yang luas meliputi menghitung, mengklasifikasikan, menyimpulkan, dan pemodelan. Rosa dan Orey (2011) juga mengungkapkan bahwa etnomatematika merupakan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat pada suatu kelompok budaya tertentu mengenai aktivitas menghitung, mengukur, menimbang, pengkodean, mengelompokkan, dan modeling.

Menurut Mesquita, dkk (2011), Etnomatematika merupakan aktivitas sosial. Etnomatematika adalah sebuah jawaban, dalam praktik mengaplikasikan ide matematika yang dianggap sebagai sesuatu yang murni. Kegiatan ini dirancang untuk mengungkapkan inti dari kegiatan sosial dan budaya yang menjelaskan praktek-praktek matematika.

D’Ambrosio (2001) menjelaskan bahwa kegiatan etnomatematika ini dipraktekkan oleh berbagai kelompok budaya, seperti perkotaan dan pedesaan, komunitas perikanan, kelompok pekerja, kelompok anak-anak di usia tertentu, masyarakat adat, dan kelompok lain.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa etnomatematika merupakan aktivitas suatu masyarakat pada kelompok budaya tertentu yang berhubungan dengan matematika, misalnya menghitung, mengukur, mengelompokkan, modeling, dan sebagainya.

Etnomatematika juga dapat berperan dalam proses pembelajaran apabila didefinisikan sebagai aktivitas masyarakat dari kelompok budaya tertentu yang mempraktekkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut D’Ambrosio tersebut, etnomatematika telah dikaitkan dengan praktek-praktek matematika suku-suku tertentu atau pribumi, masyarakat primitif, serta orang-orang dari suatu bangsa. Aktivitas etnomatematika, dalam prakteknya mengusulkan model alternatif dari hubungan manusia dan hubungan antara kelompok-kelompok budaya yang berbeda. Pada penelitian ini aktivitas etnomatematika yang akan diteliti ialah aktivitas membilang, menghitung, dan mengukur.

2.2         Aktivitas Petani

Pertanian menjadi budaya sekaligus mata pencaharian sebagian masyarakat Indonesia. Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia, masih menjadi daerah pertanian yang cukup diandalkan. Salah satu produk hasil pertanian dari Aceh adalah padi. Secara umum padi ditanam disuatu lokasi yang dinamakan sawah.

Sawah adalah bentuk pertanian lahan basah. Hal ini karena sawah menggunakan banyak air dalam kegiatan pertaniannya, terutama pada awal kegiatan penanaman (Wibowo, 2016). Lebih lanjut dijelaskan bahwa sawah dibatasi oleh pematang (galengan), digunakan untuk menahan/menyalurkan air. Sawah dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

a.       Sawah Irigasi

Sawah yang sistem pengairannya dilakukan secara teratur dan tidak bergantung pada curah hujan. Sistem pengairan sawah ini dilakukan menggunakan system irigasi yang sumber airnya berasal dari waduk atau bendungan.

b.      Sawah Tadah Hujan

Sawah yang mendapatkan air pada saat musim hujan sehingga sangat tergantung pada musim, jadi proses pertanian hanya dapat dilakukan ketika musim penghujan saja.

c.       Sawah Lebak

Sawah yang berada dikanan dan kiri sungai-sungai besar. Jenis sawah ini jarang sekali karena sangat rentan terhadap banjir. Para petani sudah jarang memanfaatkan sistem sawah lebak ini sebagai lahan pertanian padi. Kebanyakan sawah lebak dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan seperti sawit.

d.      Sawah Bencah

Sawah bencah ini sistem pertanian lahan basah yang dilakukan di daerah rawarawa yang telah di keringkan atau dimuara sungai besar.

Masyarakat Indonesia memanfaatkan sawah sebagai lahan untuk menanam padi. Budi daya padi adalah kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil setinggi-tingginya dengan kualitas sebaik mungkin (Permadi, 2014). Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan, maka tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Sehingga diperlukan beberapa aktivitas berikut:

2.2.1    Pengolahan Lahan

Lahan bercocok tanam diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai media tumbuh tanaman padi. Tahapan pengolahan lahan, pada lahan basah atau sawah:

a.       mengaliri lahan dengan air untuk memudahkan proses pembajakan agar mendapatkan tanah lahan yang gembur dan lunak. Proses pengolahan ini bias menggunakan mesin yaitu traktor maupun manual yang dibantu tenaga sapi atau kerbau;

b.      setelah gembur, menggenangi lahan dengan air hingga ketinggian air mencapai 5-10 cm. Cara mengatur ketinggian air bisa dengan cara membuka dan menutup akses keluar masuknya irigasi. Mendiamkan air menggenang selama 2 minggu agar tanah semakin berlumpur, dan racun tanah ternetralisir oleh air tersebut.

2.2.2    Seleksi Benih

Persiapkan wadah yang telah diisi air untuk menseleksi benih. Caranya yaitu:

a.       memasukkan benih padi kedalam air garam, maka akan diperoleh kondisi benih tenggelam, melayang dan mengapung;

b.      mengambil benih yang tenggelam kemudian dibilas dengan air bersih sesegera mungkin sampai tidak ada rasa garam lagi bila dicicipi;

c.       merendam selama 48 jam kemudian tiriskan dan peram selama 24 jam dan setelah itu siap sebar.

2.2.3    Persemaian

Umumnya petani membutuhkan benih sampai kisaran 30-40 kg/ha. Persemaian dilakukan dengan cara yaitu:

a.       menyebar benih padi secara merata pada bedengan kandungan air jenuh tetapi tidak menggenang tetap berair atau becek berlumpur;

b.      dalam 3-4 hari benih telah berkecambah;

c.       bibit siap tanam pada kisaran 10-14 hari setelah sebar.

2.2.4    Penanaman

Penanaman padi di sawah pada umumnya ditanam degan jarak teratur. Yang paling popular di Pulau Jawa adalah berjarak 20 x 20 cm. Tanaman muda ditancapkan kedalam tanah yang tidak tergenang air, kedalaman penanaman bibit antara 1-15 cm hingga akarnya terbenam di bawah permukaan tanah.

2.2.5    Penyiangan Lahan

Pembersihan areal persawahan dari gulma dan rumput liar yang menggangu, merupakan tahap penting yang harus dilakukan dalam cara menanam padi yang baik dan benar. Penyiangan dapat dimulai pada saat umur masa tanam sudah menginjak usia 3 minggu, dan berikutnya rutin dilakukan penyiangan setiap 3 minggu sekali. Penyiangan dianjurkan dengan cara mencabut gulma atau rumput liar tersebut dengan tangan maupun menggunakan alat bantu gasrok.

2.2.6   Pemupukan

Menanam padi yang baik dan benar tidak lepas dari pemberian pupuk agar padi yang ditanam dapat tumbuh sempurna dan berbuah banyak. Untuk tahap memberikan pupuk dengan cara:

a.       tahapan pemupukan pertama, dilakukan pada saat tanaman berusia 7-15 hari setelah tanam;

b.      tahap pemupukan kedua, dilakukan pada saat tanaman berusia 25-30 hari;

c.       tahap terakhir pemupukan, usia tanaman 40-45 hari.

2.3         Masyarakat Aceh

Masyarakat Aceh adalah orang-orang tinggal dan menetap di Aceh. Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia yang ibu kotanya berada di Banda Aceh. Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diberi status sebagai daerah istimewa dan juga diberi kewenangan otonomi khusus. Provinsi Aceh terletak di bagian barat Indonesia tepatnya ujung Pulau Sumatera. Secara geografis Aceh terletak antara 2 - 6 derjat lintang utara dan 95 – 98 derjat lintang selatan dengan ketinggian rata-rata 125 meter diatas permukaan laut. Batas-batas wilayah Aceh, sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah barat dengan Samudra Hindia. Luas wilayah Aceh sebesar 57.365,57 Km2 atau  12,26 % Pulau Sumatera. Sedangkan bagian terluas dari Aceh adalah hutan dan mencapai 39.615,76 km2.

Provinsi Aceh terdiri dari 23 kabupaten/kota dan dihuni oleh 12 suku dan 12 bahasa berbeda, tetapi bahasa Aceh yang digunakan oleh masyarakat selama ini adalah bahasa Aceh pesisir. Kabupaten tersebut  meliputi Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireun, Lhokseumawe, Aceh Utara, Langsa, Aceh Timur, Tamieng, Aceh Tenggara, Gayo Luwes, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Abdya, Aceh Selatan, Aceh Singkil  Subulussalam dan Simeulu. Banyaknya suku di Aceh tentu memiliki berbagai kebudayaan dan adat istiadatnya. Dalam pelaksanaan adat istiadat di Aceh mengacu pada Al-quran dan Hadist sehingga kebududayaan berkembang sesuai dengan konsep islami.

2.4         Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang etnomatematika sudah pernah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya. Pada penelitian mereka dijelaskan bagaimana aktivitas budaya pada masyarakat tertentu yang berkaitan dengan matematika. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

2.4.1   Penelitian Karnilah (2013)

Pada penelitian Karnilah yang berjudul “Pengungkapan Sistem Bilangan Masyarakat Adat Badui” ini menjelaskan bahwa:

a.       Masyarakat adat Badui menggunakan bilangan asli dalam kehidupan seharihari mereka.

b.      Pengucapan bilangan-bilangan tersebut cukup unik, mislnya menyebut angka satu dengan hiji, dua tetap dua, tiga menjadi tilu, dan seterusnya. Jika diperhatikan dalam pengucapan bilangan-bilangan pada masyarakat ini, terlihat bahwa telah terjadi proses enkulturasi pengucapan bilangan.

c.       Pada bidang pertanian juga menerapkan model matematika, yaituterdapat istilah 1 ranggeong yang setara dengan 5 liter beras. Model matematika yang digunakan diini ialah dengan mengkonversi banyaknya ranggeong padi ke dalam satuan-satuan berat seperti kilogram. Model tersebut adalah: 𝐾 = 3,6 × 𝑟𝑔, dimana 𝐾 merupakan berat beras yang dihasilkan dalam satu kilogram. Sedangkan 𝑟𝑔 adalah banyaknya ranggeong padi yang merupakan bilangan asli dan 𝑟 dalam satuan ikat ranggeong.

d.      Bidang perdagangan pada masyarakat tersebut dalam mengungkapan satu buah durian adalah sabiji. Model matematika dalam bidang ini digunakan untuk menghitung banyak durian yang dibicarakan (berdasarkan pengucapan yang digunakan oleh masyarakat adat Badui pada durian) menggunakan penjumlahan dan perkalian terhadap bilangan 4. Model tersebut adalah 𝐷 = (𝑘 × 4) + 𝑏, dimana notasi (𝑘 × 4) digunakan untuk mempresentasikan banyaknya buah durian dalam satuan kojor, sedangkan 𝑏 untuk mempresentasikan banyaknya buah durian dalam satuan biji.

 

2.4.2   Penelitian Fatimah (2012)

Penelitian tentang etnomatematika juga telah dilakukan oleh Fatimah dengan judul “Studi Kualitatif tentang Aktivitas Etnomatematika dalam Kehidupan Masyarakat Tolaki”. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa aktivitas etnomatematika yang dikaji mencakup aktivitas membilang, mengukur, menentukan lokasi, merancang bangunan, bermain, dan aktivitas menjelaskan.

a.       Aktivitas membilang pada masyarakat Tolaki ini masih tergolong sederhana, karena alat yang digunakan meliputi jari tangan, batu kerikil, potongan kayu atau bambu, tali rapia, dan rotan. Kata-kata membilang yang digunakan dalam upacara adat, tingkatan adat, kebiasaan sehari-hari yang digunakan tersebut dapat dinyatakan sebagai bilangan asli, genap, ganjil, bahkan membilang jumlah “bentuk bulan” merupakan konsep bilangan yang didasarkan pada pengalaman dan kebutuhan hidup masyarakat Tolaki. Selain itu, aktivitas ini juga dapat dilihat pada upacara pepokolapasia yaitu banyaknya lafalan do’a tahlil sebanyak 1000 kali, penentuan besar mahar atau mas kawin.

b.      Aktivitas kedua adalah aktivitas mengukur. Alat ukur yang digunakan dalam masyarakat ini selain takaran liter yang ada di pasaran antara lain tangan, gelas, atau o’tonde, tali rotan, potongan kayu atau bambu, wadah karung beras ukuran 25 kg yang dibagi dua, kantong plastik dan wadah sabun bekas. Salah satu kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan alat ukur tersebut ialah kegiatan membuat o’tonde, tenunan sarung yang didominasi motif segitiga sama sisi memerlukan keahlian matematika tersendiri. Dalam kegiatan ini, menunjukkan adanya aktivitas etnomatematika selain berhubungan dengan kegiatan pengukuran, operasi penjumlahan dan perkalian merupakan bagian penting dari aktivitas ini.

c.       Aktivitas ketiga adalah aktivitas bermain anak-anak. Terdapat beberapa jenis permainan tradisional pada masyarakat Tolaki yang menggambarkan beberapa bangun geometri. Permainan tersebut adalah permainan robot, lamari, dan disco. Permainan robot ini dimainkan oleh 2, 4, dan 6 anak perempuan dan lakilaki secara bergiliran. Pergiliran pemain dilakukan dengan cara pengundian atau biasa dikenal dengan sut. Permainan diawali dengan meletakkan batu di kotak pertama dan pemain melompat dengan sebelah kaki langsung pada kotak kedua. Setelah itu, kedua kaki dapat dipijakkan pada dua pasang persegi panjang yang berimpit selama tidak terdapat batu pada salah satu persegi panjang tersebut. Selanjutnya batu berpindah secara bertahap searah jarum jam pada daerah persegi sampai puncak yang berbentuk setengah lingkaran. Permainan lamari dan disco memiliki kesamaan dengan permainan robot. Perbedaannya, jika permainan lamari cara memindahkan batu dengan menggesernya menggunakan ujung depan kaki sebelah secara berhati-hati. Sedangkan permainan disco, perpindahan kaki di setiap kotak dilakukan secara bergantian oleh kedua kaki di setiap kotak dilakukan secara bergantian oleh kedua kaki pada kotak yang terletak di tengah. Kegiatan matematika yang terdapat pada permainan tersebut adalah pengenalan bangun datar, kelipatan dan faktor bilangan berdasarkan aturan jumlah pemain yang dimulai dari 2, 5, dan 6 anak. Selain ketiga aktivitas tersebut, masih banyak aktivitas lain yang merupakan aktivitas etnomatematika pada masyarakat Tolaki.


 

BAB III METODE PENELITIAN

 

3.1         Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian akan ditujukan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh petani di Aceh yang menggunakan matematika. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2012) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnografi. Menurut Moleong (2012), usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan dinamakan etnografi. Penekanan pada etnografi adalah pada studi keseluruhan budaya. Tujuan dari pendekatan ini yaitu untuk mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan yang intensif.

3.2         Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk mengadakan penelitian ini adalah Desa Lingkok, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie, provinsi Aceh. Peneliti mengambil tempat penelitian di tempat tersebut dengan berbagai alasan sebagai berikut.

a.       Peneliti merupakan penduduk asli Desa Lingkok sehingga memudahkan peneliti dalam berinteraksi dengan masyarakat dan dalam proses pengumpulan data;

b.      Sebagian besar masyarakat desa masih merupakan suku Aceh. Hal ini dikarenakan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti hanya difokuskan pada masyarakat Aceh.

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan januari sampai bulan februari 2020.

3.3         Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian atau responden yang akan digunakan adalah masyarakat di Desa Lingkok yang berprofesi sebagai petani. Subjek penelitian ditetapkan berdasarkan teknik Snowball Sampling. Teknik penentuan subjek penelitian yang berawal dari jumlah kecil, kemudian membesar. Hal ini berarti bahwa penentuan subjek penelitian mula-mula dipilih satu atau dua petani. Jika peneliti merasa data yang diberikan belum cukup lengkap maka dilakukan pencarian petani lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data petani sebelumnya. Hal tersebut terus dilakukan jika data yang dikumpulkan masih kurang. Dalam penelitian ini subjek penelitian yang diambil sebanyak 7 petani yang merupakan masyarakat Desa Lingkok. Pemilihan ketujuh subjek tersebut berdasarkan hasil observasi peneliti setiap harinya di lingkungan Desa Lingkok.

Objek penelitian ini adalah kegiatan pertanian dikalangan masyarakat Desa Lingkok yang memuat materi matematika serta materi-materi matematika yang termuat dalam kegiatan tersebut.

3.4         Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian berisi uraian mengenai tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian untuk mendapatkan hasil yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka langkah-langkah yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

a.       Melakukan Kegiatan Pendahuluan 

Tahap ini dilakukan dengan cara menentukan subjek penelitian dan mengamati atau menentukan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Aceh yang berhubungan dengan bahasan dalam penelitian. Sehingga ditemukan hasilnya yaitu aktivitas petani pada masyarakat Aceh di Desa Lingkok. Kemudian mengamati aktivitas yang dilakukan petani di sawah. Hal ini bertujuan untuk menentukan focus penelitian dan untuk mempermudah pembuatan pedoman observasi serta pedoman wawancara. Pada penelitian ini, fokus penelitian terletak pada aktivitas petani yang meliputi aktivitas membilang, menghitung, dan mengukur.

b.      Melakukan Kegiatan Persiapan

Tahap ini terdiri dari mengidentifikasi masalah dan informasi yang ditemukan pada tahap pendahuluan, pemilihan masalah, penentuan tujuan penelitian, menyiapkan instrumen berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Pedoman observasi dan pedoman wawancara dibuat berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada kegiatan pendahuluan, yaitu aktivitas petani yang meliputi aktivitas membilang, menghitung, dan mengukur.

c.       Mengumpulkan Data

Tahap mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan yang diperoleh dari berbagai sumber. Pengumpulan data dilaksanakan sampai peneliti mendapatkan hasil yang diinginkan dan mencapai tujuan dari penelitian ini.

d.      Menganalisis Data

Tahap analisis data merupakan tahapan penelitian yang dilakukan dengan cara mengelompokkan data hasil penelitian. Setelah data diperoleh dan dikelompokkan, maka kegiatan selanjutnya adalah menganalisis data, membahas, dan mendeskripsikan hasil dari penelitian. Selanjutnya dilakukan triangulasi sumber.  Triangulasi digunakan untuk memverifikasi data yang diambil dari sumber berupa hasil pengumpulan data secara langsung dari subjek penelitian, baik dari hasil observasi maupun wawancara. Tahap ini merupakan tujuan utama dari penelitian yaitu untuk mendiskripsikan aktivitas membilang, menghitung, dan mengukur yang dilakukan oleh petani pada masyarakat Aceh di Desa Lingkok.

e.       Menarik Kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti membuat kesimpulan dari analisis data yang didapat dan mengacu pada rumusan masalah.

3.5         Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2000), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah peneliti, pedoman observasi, dan pedoman wawancara. Peneliti merupakan alat (instrumen) pengumpul data utama. Karena peneliti merupakan instrumen utama pada penelitian, maka peneliti harus dapat menentukan subjek yang tepat untuk dijadikan narasumber. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara, mampu memahami fakta yang terdapat di lapangan, serta menganalisis data yang diperoleh. Pedoman observasi pada penelitian ini berisi kisi-kisi aktivitas apa saja yang harus diamati. Sedangkan pedoman wawancara berisi kisi-kisi pertanyaan yang akan digunakan untuk wawancara dengan petani pada masyarakat Aceh di Desa Lingkok.

3.6         Metode Pengumpulan Data

3.6.1        Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2000). Tujuannya adalah untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat yang dapat digunakan dengan tepat. Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

a.       Observasi

Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data dari suatu sumber penelitian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada segala sesuatu yang terjadi dalam aktivitas petani.

Aktivitas yang akan diobservasi tersebut meliputi membilang, menghitung, mengukur, dan mengelompokan. Observasi dilakukan pada saat petani sedang berada di sawah. Waktu pelaksanaan observasi pada saat petani sedang melakukan aktivitasnya, sehingga dapat diketahui juga bagaimana cara aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan. Observasi ini dilakukan sendiri dan instrumen yang digunakan pada saat observasi adalah pedoman observasi, sehingga dimiliki acuan dalam mencari data tersebut

b.      Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Tipe wawancara ada tiga, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur. Pada penelitian ini, tipe wawancara yang digunakan adalah tipe wawancara semistruktur yaitu peneliti membawa pedoman pertanyaan yang hanya berupa garis besarnya saja dan pengembangannya dilakukan saat wawancara berlangsung. Wawancara dilaksanakan dua kali, yaitu wawancara pertama yang dilakukan sebelum observasi dan wawancara yang kedua dilakukan bersamaaan dengan observasi. Wawancara pertama dilakukan untuk mengetahui aktivitas petani yang memungkinkan munculnya aktivitas etnomatematika dan untuk menentukan waktu observasi. Wawancara kedua dilakukan untuk memperoleh data yang memperkuat data observasi. Pada saat melakukan observasi, juga diajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan untuk narasumber.

3.6.2        Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik   triangulasi. Cara memeriksa keabsahan data dengan teknik ini yaitu dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi terbagi menjadi empat macam, yaitu teknik triangulasi yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong, 2012). Pada penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik triangulasi dengan sumber.

Menurut Moleong (2012), triangulasi dengan sumber berarti bahwa dalam memeriksa keabsahan data ini dilakukan dengan caramembandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Triangulasi sumber ini dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari tanaman padi dan tanaman semangka dari setiap subjek penelitian. Hal ini berarti peneliti mengecek keabsahan data yang diperoleh dari salah satu subjek penelitian misalnya S1, dengan cara membandingkan data yang diperoleh pada saat petani bercocok tanam padi dengan aktivitas yang dilakukan pada saat bercocok tanam semangka.

3.7         Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara untuk mengolah data-data yang didapatkan dalam suatu penelitian, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah pengolahan data dalam bentuk kata-kata bukan berupa data statistik. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah analisis data hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan pada saat pendahuluan sampai akhir kegiatan penelitian.  Tahapan-tahapan dalam teknik analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a.       Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan finalnya. Tahap reduksi data dalam penelitian ini meliputi: merangkum dan memilih hal-hal pokok yang akan dijadikan sebagai bahan observasi dan wawancara, serta memfokuskan hasil observasi dan wawancara pada hal yang penting. Kemudian hasil tersebut disusun menjadi susunan bahasa yang baik dan rapi. Pada penelitian ini data yang dimaksudkan ialah hasil observasi dan wawancara.

b.      Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan menguraikan data ke dalam bentuk narasi, bagan, dan hubungan antar data. Data yang dimaksud pada penelitian ini berupa aktivitas masyarakat. Pada tahap ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau informasi yang terorganisasi dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan atau tindakan. Pada penelitian ini, penyajian data menggunakan teks yang bersifat naratif. Dari hasil reduksi data tersebut, kemudian diuraikan dalam bentuk deskriptif dengan menggunakan kata-kata dan berisi kutipan-kutipan hasil wawancara. Tahap ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan aktivitas apa saja yang dilakukan oleh petani pada masyarakat Aceh di Desa Lingkok, kemudian mengidentifikasi aktivitas etnomatematika apa saja yang muncul pada aktivitas masyarakat tersebut. Selanjutnya peneliti mengelompokkan aktivitas tersebut sesuai dengan aktivitas yang telah ditentukan dan membandingkan dengan konsep matematika.

c.       Menarik Simpulan atau Verifikasi

Setelah tahap penyajian data, maka dilakukan penarikan kesimpulan dengan cara menentukan pokok-pokok dari hasil penyajian data yang sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas aktivitas etnomatematika apa saja yang dilakukan oleh petani pada masyarakat Aceh di Desa Lingkok.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

D’Ambrosio, U. 2001. What Is Ethnomathematics, and How Can It Help Children in Schools? Teaching Children Mathematics. Vol. 7 (6): 308

Ekawati, E. 2011. Peran, Fungsi, Tujuan, dan Karakteristik Matematika Sekolah.[Online]  http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-1karakteristik-matematika-sekolah/ [2 Desember 2019]

Fatimah, S. 2011. Studi Kualitatif tentang Aktivitas Etnomatematika dalam Kehidupan Masyarakat Tolaki. Vol 14 (2). [Online] http://www.uinalauddin.ac.id/download-01%20Studi%20Kualitatif%20Tentang%20%20Sitti%20Fatimah%20S%20Sirate.pdf [2 Desember 2019]

Karnilah, N. 2013. Study Ethnomathematic: Pengungkapan Sistem Bilangan Masyarakat Adat Baduy. Bandung: Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Maran, R. R. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Prespektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Aneka Cipta.

Mesquita, M. dkk. 2011. Asphalt children and city streets: A Life, a City and a Case Study of History, Culture, and Ethnomathematics in Sao Paulo. Rotterdam: Sense Publishers.

Moleong, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Powell, A. B., & Frankenstein, M. 1997. Ethnomathematics. Albany: State University of New York Press.

Rosa, M. & Orey, D. C. 2011. Ethnomathematics: The Cultural Aspects of Mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatematica. Vol. 4 (2).

Wahyuni. 2018. Etnomatematika Geulengku Teu Peu Poe Permainan Daerah Pada Anak Pesisir Aceh. Seminar Nasional Royal, 527-532

Wibowo, W. H. (2016). Pengertian Sawah Beserta Macam-macamnya. [Online]. Tersedia: http://www.naysira.com/2016/01/pengertian-sawah-besertamacam-macam.html [tanggal 2 Desember 2019].

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU

MAKALAH LINGKUNGAN BELAJAR

Paper Pemograman Berbasis WEB